Contact Form

 

Saya, Mahasiswa Baru dan PKKMABA

Saya, Mahasiswa Baru dan PKKMABA


PKKMABA adalah singkatan dari Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru. Dimana dalam acara ini, mahasiswa baru akan di perkenalkan dengan kehidupan kampus tempat mereka menimba ilmu, tidak hanya dalam konteks akademik, tapi dari konteks prestasi dan kemahasiswaan pun ikut diperkenalkan. Dalam berbagai macam hal di dunia, selalu ada hal yang disoroti dan ada hal yang tidak begitu disoroti, seperti faktor x dan y, dimana x adalah hal yang tidak begitu diperhitungkan. Dalam konteks PKKMABA, faktor x adalah hubungan antara adik tingkat dan kakak tingkat. Aku pikir, semua fakultas di Universitas Brawijaya pun berpikir demikian.

Bagiku, PKKMABA adalah saat-saat yang menentukan bagi mereka (Mahasiswa Baru) untuk memilih jalan kehidupan mereka di kampus. Jalan mana yang akan mereka tempuh di kehidupan kampus mereka? Akankah menjadi seorang organisatoris*? atau seorang akademisi**? atau bahkan menjadi mahasiswa peraih prestasi? Semua mungkin saja tergantung bagaimana mereka memutuskan. 
*orang yang aktif mengikuti kegiatan organisasi sehingga pandai atau ahli di bidangnya
**orang yang berfokus pada pendidikan sehingga disebut berpendidikan tinggi

Bagiku pula, mahasiswa baru terlihat seperti berlian untuk sebuah Universitas atau Fakultas. Tahukah kamu? Berlian terbungkus oleh gumpalan tanah yang mengeras dan membuatnya terlihat seperti batu yang tidak berharga. Mereka (mahasiswa baru) akan datang ke masing-masing fakultas dengan berbagai macam tampilan. Ada yang benar-benar terlihat seperti batu, ada juga yang sedikit terkelupas sehingga terlihat sedikit pancaran sinar dari berlian itu sendiri, atau bahkan ada yang tampilannya sudah mejadi berlian.

Untuk itu, tinggal bagaimana cara kita sebagai kakak tingkat bersama dosen untuk menghilangkan gumpalan tanah tersebut agar mereka menjadi berlian seutuhnya. Tetapi, sangat diperlukan sikap hati-hati dalam mengupas gumpalan tanah tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang karena terlalu keras kita mengupas, pada akhirnya berlian didalamnya retak dan hancur. Sebagai contoh, mereka mahasiswa baru yang di Drop Out atau DO di pertengahan masa kampus mereka. Tetapi banyak juga yang kita kupas dengan baik, sehingga yang pada awalnya mereka terlihat seperti batu yang tidak berharga, kini mereka terlihat seperti sebuah berlian yang bercahaya. Sebagai contoh pula, mereka yang kini mendapatkan banyak prestasi, atau mereka yang aktif dalam kegiatan kampus.


"Tidak semua hal akan berjalan dengan apa yang sudah direncanakan." -Unknown-

Aku memberanikan diri mendaftar sebagai wakil ketua pelaksana PKKMABA di fakultas ku (Fakultas Ilmu Budaya). Berkat saran dan dukungan dari beberapa orang yang mendukungku, aku terpilih dan dipercaya untuk menjadi Wakil Ketua Pelaksana. FYI, di fakultas ku, kepanitian PKKMABA, yang diamanahkan menjadi ketua pelaksana adalah beliau dari pihak dosen, sedangkan dari pihak mahasiswa, dipercaya dengan jabatan sebagai wakil ketua pelaksana. 

Apa tujuanku? 目的は何ですか?
Aku hanya ingin, ingin sekali membantu adik-adik ku menemukan jati diri mereka. Agar mereka bersinar seperti berlian. Agar mereka belajar sesuatu yang lebih penting dari sekedar IPK. Dari lubuk hatiku yang paling dalam aku berkata sejujurnya. Hanya sesederhana itu. それだけのこと。

Pada awalnya, semua berjalan dengan lancar...sampai tiba pada waktu "sesuatu" itu terjadi dan mengganggu proses persiapan PKKMABA. Muncul perbedaan pendapat antara pihak dosen dengan mahasiswa terkait bagaimana seharusnya PKKMABA ini berjalan. Orang-orangku (panitia PKKMABA dari pihak mahasiswa) adalah mereka yang terpilih dan dipercaya untuk mengemban amanah ini, pun dengan para ketua divisi yang aku pilih secara langsung setelah melewati beberapa tahapan tes dan beberapa masukan yang aku terima. Dengan kata lain, merekalah yang akan menjadi ujung tombak ku.

Kami memiliki cara kami sendiri untuk melaksakan PKKMABA ini, begitu pun dengan pihak dosen. Hanya saja, pihak dosen tidak setuju dengan cara yang kami lakukan atau lebih tepatnya dengan apa yang "sudah" kami rencanakan. Meskipun demikian, kami tetap yakin bahwa dengan  apa yang sudah kami rancang, itu adalah cara terbaik untuk menyambut mahasiswa baru. Karena perbedaan pendapat tersebut, hubungan koordinasi antara aku sebagai wakil ketua dan ketua sedikit demi sedikit mengalami ketegangan.

Hari demi hari berlalu, kami hanya memiliki waktu persiapan kurang lebih sekitar 1-2 bulan sebelum PKKMABA, belum termasuk waktu liburan teman-temanku. Tapi, perdebatan antara kami masih belum menemui titik terang. 

Jujur. Kenyataannya aku paham sekali alasan pihak dosen tidak menyetujui cara kami untuk mengemas PKKMABA. Meskipun mengetahui alasannya, tapi mengapa justru akulah yang malah tidak paham dengan apa yang pihak dosen inginkan. Beberapa kali upaya untuk menyelaraskan tujuan pun dilakukan. Namun tetap saja, masih ada kejanggalan antara kedua belah pihak.

Aku sampai tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka berpikiran bahwa menyambut mahasiswa baru dengan suasana ceria dapat mendidik mental yang kuat? Aku hanya berpikir, adik-adikku akan sukses ketika mental mereka sudah terbentuk, dalam segi hal apapun. Tapi bukan berarti cara yang sudah kami siapkan adalah cara semi militer seperti OSPEK masa lalu, tidak, tidak sama sekali. Kami sudah memodifikasinya. Bagaimanapun, batu melawan batu, tidak akan ada akhir, yang ada kedua batu itu malah hancur berantakan jika terus diadu.

Aku bukan tipe pemimpin diktator, tentu saja aku menerima berbagai macam saran dari rekan-rekanku. Dari saran yang memilih untuk tetap dengan cara mahasiswa sampai saran yang meminta kita untuk mengikuti cara yang pihak dosen inginkan. Pada titik inilah, posisiku sebagai wakil ketua harus benar-benar kuat. Bagaimana aku memilih dan memilah saran-saran yang ku terima. Dan pada akhirnya, suara terpusat pada pilihan tetap dengan cara mahasiswa.

Waktu semakin sempit, setelah berkali-kali rapat membahas hal ini, sampailah kita pada klimaks. Kami diundang untuk hadir pada rapat luar biasa dengan pihak dosen serta bagian kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya. Tapi sangat disayangkan, saat itu tidak banyak panitia dari mahasiswa yang dapat hadir, hanya beberapa yang mewakili ketua divisi dalam rapat tersebut.

Banyak hal yang dibahas, dari yang membahas apa tujuan utama PKKMABA hingga pembahasan SK Rektor dan segudang peraturan-peraturan yang menurutku kurang jelas juntrungannya. Situasi rapat memanas karena beberapa kali atau bahkan banyak perdebatan sengit antara kedua belah pihak. Pada akhirnya, keputusan tetap harus dibuat, PKKMABA harus tetap berjalan bagaimanapun keadaanya. Dan keputusannya adalah, kami memutuskan mengundurkan diri dari kepanitiaan.

Karena kenyataan, tak selalu dianggap benar" -AFP-
Situasi saat itu sangat, sangat tidak ingin aku ingat. Nafas yang berat, terengah-engah seakan-akan menahan sesuatu. Tatapan yang membara. Tangan yang gemetar. Suara geletuk gigi yang beradu. Emosi yang memuncak. Dengan bahasa birokrasinya, kami seakan tidak diperkenankan untuk memberikan bukti bahwa pendapat kami perlu diperhitungkan. Sangat, tidak dapat menghargai suara minoritas. Terlalu banyak luka batin yang diberikan pada kami, dengan rasa hormat, kami meninggalkan ruangan rapat.

Kenyataan bahwa PKKMABA FIB tahun ini tidak ada pihak mahasiswa yang menjadi bagian dari pengurus didalamnya, menjadi sejarah kali keduanya hal ini terjadi di fakultas ku yang tercinta. Dengan kata lain, faktor x tetaplah faktor x, segala keputusan yang telah diambil olehnya lebih cenderung hanya mempertimbangkan faktor y saja.

Nasi sudah menjadi bubur, keputusan mutlak sudah diputuskan. Fakultas tetap pada rencana mereka, dan kami? haha. Just waiting...

Dibubarkannya kepanitian ini menimbulkan sedikit ketertarikan sendiri bagi kami. "Apa yang akan mereka lakukan tanpa kami?". Setidaknya itu pertanyaan yang ada di setiap benak eks panitia. Bukan tidak percaya dan meremehkan kemampuan beliau-beliau, hanya saja, apa yang akan mereka lakukan dengan faktor x yang ada?

Sedikit terkejut. Karena pihak fakultas tidak menyusun ulang kepanitiannya, hanya melibatkan orang-orang yang tersisa dan beberapa orang "tambahan" di dalamnya. Jelas. Karena hal seperti ini tidak lagi hanya menyangkut nama eks panita, tetapi sudah mencakup nama "Mahasiswa". Kami kembali ke rutinitas seperti biasa setiap harinya, dengan tetap asyik menyaksikan persiapan PKKMABA yang dilakukan fakultas.



PKKMABA tiba, mahasiswa baru mengikuti acara dengan tertib yang dipandu oleh panitia fakultas. Kami? Kami tetap datang, hanya menyaksikan dari kejauhan dan memastikan bahwa adik-adik kami baik-baik saja. Tentu saja sikap kami memancing kecurigaan terhadap fakultas, tapi percayalah, kami tidak seburuk itu untuk melakukan kudeta. Hehe, lucu. Pagi hari mereka tidak diajarkan bagaimana caranya agar tertib dan menghemat waktu. Terkesan... tidak terencana, banyak mahasiswa baru yang masih bingung dengan intstruksi dari panitia. Seharian kami menemani mahasiswa baru dari kejauhan hingga tiba waktunya pulang.

Kesalahan kedua pihak panitia. Saat pulang, mahasiswa baru dibiarkan pulang begitu saja tanpa ada pendampingan hingga gerbang masuk Universitas Brawijaya. Hmm... aku hanya berpikir, mungkin mereka tidak tahu masalah apa saja yang akan datang jika mahasiswa baru tidak didampingi hingga mereka keluar dari wilayah universitas. Bagaimana seandainya terjadi apa-apa terhadap maba saat di perjalanan bagaimana seandainya jika mereka pulang berbondong-bondong melewati fakultas lain yang masih melaksanakan PKKMABA? Bukankah itu sedikit mengganggu? Dan yang paling parah, bagaimana seandainya mereka (maba) tidak sampai ke kosnya masing-masing? Karena tidak adanya pendamingan. Yang membuatku kecewa bukanlah tidak jadinya kami sebagai panitia resmi, melainkan kurang detailnya konsep panitia fakultas tentang PKKMABA, dan terlalu mengabaikan hal-hal kecil yang mungkin dapat menjadi hal besar nantinya.

Bagaimana tidak? Kami secara spontan langsung mendampingi maba hingga gerbang universitas. Tetapi hal itu dinilai berbeda oleh pihak fakultas. Fiuh~ kemudian keadaan menjadi kacau karena teriakan dari dosen agar mahasiswa tidak mendengarkan instruksi selain dari panitia. Kekeke. Lebih lucu lagi, pihak Dewan Perwakilan Mahasiswa dari Eksekutif Mahasiswa UB turun tangan.

Kami dipanggil ke dalam fakultas, mengklarifikasi segala hal yang terjadi di luar, sempat terjadi kembali adu pendapat, hingga melibatkan DPM UB. Tetapi setidaknya, aspirasi kami tersampaikan bahwa maba setidaknya berhak mendapatkan pendampingan hingga gerbang universitas yang ditunjukan oleh pihak fakultas pada hari kedua esok harinya. Pada hari kedua, mereka mendampingi maba hingga gerbang. Not bad.

Hmm... sebenarnya, cerita ini sangat panjang jika kita urai hingga akhir. Tetapi aku hanya ingin menceritakan beberapa bagian saja yang dilihat dari sudut pandang kami (mahasiswa) kepada maba FIB 2015. Pada akhirnya, inilah yang sebenarnya terjadi, dibalik drama PKKMABA, ada perjuangan di dalamnya, ada pembelaan di dalamnya, dan ada keluarga di sana. Aku hanya berharap, semoga maba yang tidak bertemu dengan kakak tingkatnya saat itu, akan tetap berjalan di jalur yang benar. Menjadi sebuah berlian yang bersinar. Dan mengharumkan nama Fakultas, Universitas serta orang tua khususnya.

Dari kakak tingkat yang tidak diketahui keberadaannya, kami menyangi kalian. Good luck n' do your best! ☺

Sumber :
Pengalaman pribadi

Lokasi:

Malang City, East Java, Indonesia

view large map

Total comment

Author

Aditiya Fajar Pamungkas

0   komentar/コメント

ボクのブログに読んで来てくれてありがとうございます。
Terima kasih sudah bersedia membaca blog ini. Jika berkenan silahkan tinggalkan komentar tentang kritik dan saran atau mungkin sapaan hangat. Semoga tulisan ini bermanfaat, baca postingan lainnya juga ya! ☺

Cancel Reply